Satu hal yang senantiasa saya pikirkan adalah bagaimana metode yang paling baik dalam menyampaikan nasihat untuk anak-anak saya (Ammar Amru) agar bisa diterima dan dilaksanakan dengan baik.
Alhamdulillah, malam ini saya diberikan kemudahan membaca Syarah Riyadhush Shalihin, Jilid 3, Bab 91.
Beberapa hal yang bisa saya simpulkan sementara ini.
Pemberian Nasihat Harus Memandang Tingkat Kemampuan Anak Menerima
Nasihat jangan terlalu sering diberikan. Secukupnya saja. Sebagaimana Ibnu Mas’ud memberikan nasihat hanya setiap hari kamis. Namun bukan berarti seorang anak dinasihati seminggu sekali. Tapi cukup dalam sehari beberapa kali dengan cara yang baik, tidak perlu seharian nyeramahin anak. Akhirnya malah jenuh.
Hadits khutbah jumat yang diperpendek dan shalat diperpanjang menunjukkan hal itu. Bahwa pemberian nasihat tidak perlu terlalu panjang.
Nasihat disampaikan dengan Lemah Lembut
Hadits Mu’awiyah bin al-Hakam yang mendengar bersin ketika shalat dan mengatakan “Yarhamukallah”. Setelah shalat Rasulullah menegurnya. Perhatikan perkataan sahabat ini.
“Aku tidak pernah melihat seorang pendidik pun yang lebih baik daripada beliau, sebelum maupun sesudahnya. Demi Allah, beliau tidak menghardikku, tidak juga memukulku dan mencemoohkanku. Beliau bersabda, ‘di dalam shalat ini tidak boleh ada perbincangan manusia, karena sesungguhnya shalat itu tasbih dan takbir serta bacaan al-Quran’.”
See, sahabat ini salah pada salah satu perkara pokok yang penting, yaitu shalat. Namun Rasulullah tetap tenang, ramah, dan menjelaskan dengan perlahan.
Maka dalam menasihati anak ketika dia berbuat salah, adalah dengan ketenangan. Anggap mereka seperti sahabat ini, yang melakukan kesalahan itu karena ketidaktahuan mereka. Maka tugas kita mengajarkannya. Dengan lemah lembut.
Cool aja. Bismillah, diniatkan karena Allah ingin mengajar anak-anak. Gak perlu teriak-teriak karena cara itupun tidak akan menghasilkan sesuatu seperti yang kita inginkan.
Mensejajarkan Kepala dengan Anak
Saya teringat dengan acara Nanny 911. Pada salah satu episode, nanny menjelaskan alasan kenapa nasihat sang ayah tidak di dengar oleh sang anak.
Ternyata, pada saat menasihati, posisi sang ayah berdiri tegak di depan anaknya sehingga seperti memerintah. Posisi yang baik untuk menasihati adalah dengan mendekati sang anak, duduk di depannya hingga kepala kita lebih kurang sejajar dengan kepala anak. Hal ini akan menimbulkan rasa nyaman di hati anak. Barulah setelah itu anak diberikan nasihat.